Penting untuk menyimak paparan Amnesty International (AI) soal perubahan di kawasan Timur Tengah. Laporan tahunan lembaga tersebut, sebagaimana warta AP dan AFP pada Jumat (13/5/2011), menunjukkan adanya potensi serangan balik pemerintahan-pemerintahan represif terhadap aksi perubahan menuju demokrasi dan keadilan di kawasan itu.
AI juga mengatakan terjadinya perebutan kendali atas teknologi komunikasi terkait hal di atas. AI pun mengkritik Libya, Suriah, Bahrain, dan Yaman karena menentang aksi protes damai agar tetap berkuasa.
Disebutkan pula, ada rezim-rezim represif di China, Iran, serta Azerbaijan yang berusaha melakukan serangan terlebih dahulu terhadap gerakan prodemokrasi.
Presiden Tunisia dan Mesir telah digulingkan. Namun, kata AI, pemimpin negara lain berusaha membungkam aksi protes dengan konsesi politik dan penggunaan kekerasan. Menurut AI, gerakan prodemokrasi berada di ujung tanduk.
Kendati begitu, Sekretaris Jenderal AI Salil Shetty menyatakan salut kepada generasi muda yang melawan dan berani bicara menghadapi peluru, pemukulan, gas air mata, dan tank. "Keberanian ini, ditambah dengan teknologi baru, membantu para pegiat untuk melawan pemerintah dalam kebebasan berbicara dan melakukan aksi protes damai, mengirimkan isyarat bahwa pemerintah represif tidak lama lagi umurnya," katanya.
"Namun, terdapat serangan balik yang serius dari kekuatan represif. Masyarakat internasional harus menggunakan peluang ini untuk perubahan dan menjamin tahun 2011 bukan fajar yang semu bagi hak asasi manusia," katanya.
"Libya, Suriah, Bahrain, dan Yaman yang masih bertahan terhadap gerakan antipemerintah memperlihatkan keinginan untuk menundukkan, menghambat, atau memberangus aksi protes damai agar tetap berkuasa," tulis AI.
0 komentar:
Posting Komentar