Bencana gempa dan tsunami yang menimpa Jepang dipastikan berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia, terutama kinerja ekspor yang melambat. Namun, dampaknya bersifat sementara dan tidak terlalu besar.
Silmy Karim, Staf Ahli Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), menuturkan Jepang merupakan salah satu negara tujuan ekspor terbesar bagi Indonesia dan dunia. Karenanya bencana gempa dan tsunami yang terjadi di Jepang diperkirakan memengaruhi kinerja ekonomi Indonesia, terutama ekspor dan investasi.
“Bencana tsunami di Jepang impact-nya pasti ada ke Indonesia. Apa lagi dia salah satu negara tujuan ekspor ima besar dunia. Kalau untuk investasi, mungkin tidak terlalu signifikan pengaruhnya, tapi yang pasti konsumsi mereka terganggu,” ujar dia melalui telepon, hari ini.
Menurutnya, cukup banyak industri-industri Jepang yang mengandalkan pasokan bahan baku dari Indonesia. Hal itu yang kemungkinan akan menurunkan kinerja ekspor Indonesia ke ke Negeri Sakura tersebut.
“Dampak ekonomi tersebut tidak akan berlangsung lama karena sifatnya temporer. Jepang dominan di sektor otomotif dan elektronik, sedangkan untuk barang-barang kebutuhan dasar kurang. Yang diimpor dari Indonesia itu almunium, gas paling besar, CPO dan batubara tidak banyak. Memang (ekspor Indonesia) akan menurun, tapi tidak signifikan,” paparnya.
Silmy, yang juga Wakil Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi), mengatakan dampak negative bencana tersebut ke Indonesia hanya terjadi selama masa pemulihan. Namun, dengan pengalaman yang cukup banyak dalam menghadapi bencana, diyakini Pemerintah Jepang mampu memulihkan keadaaan dalam waktu yang tidak terlalu lama.
“Dampak langsungnya mungkin 3-6 bulan (masa pemulihan Jepang), tapi kan mereka juga butuh konsumsi besar sehingga membuka peluang pasar juga bagi kita,” ucapnya.
Perlu diketahui, bagi Indonesia Jepang merupakan pasar ekspor utama. Sepanjang 2010, nilai ekspor non-migas ke Jepang mencapai US$16,49 miliar dan menduduki peringkat pertama negara tujuan ekspor Indonesia. Pada Januari 2011, nilai ekspor non-migas ke Jepang mencapai US$ 1,21 miliar atau 10,13% dari total ekspor non-migas.
Bambang Permadi Sumantri Brodjonegoro, Plt Kepala Badan Kebijakan Fiskal, menilai Jepang merupakan negara yang realtif siap menghadapi bencana. Karenanya, meski bencana tsunami Jepang berdampak terhadap perekonomian Indonesia, tetapi dampaknya tidak akan terlalu besar.
“Mungkin ada gangguan. Tapi seharusnya tidak ada perubahan besar. Jepang relatif siap menangani dampak bencana,” singkatnya.
Sejauh ini, perekonomian Jepang belum sepenuhnya pulih dari dampak krisis keuangan 2008. Hal tersebut tercermin dari pencapaian pertumbuhan ekonominya yang mengalami kontraksi 1,3% pada kuartal IV/2010. Kontraksi ekonomi di Jepang terjadi akibat penurunan konsumsi masyarakat sebesar 0,8%.
Kemarin, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan ekspor Indonesia bisa terpangaruh akibat pelambatan ekonomi di Jepang. Namun, secara keseluruhan diperkirakan pengaruhnya tidak terlalu besar karena produk Indonesia tetap dibutuhkan oleh Jepang.
“Saya rasa kalau (perlambatan ekonomi )Jepang tetap ada pengaruhnya (ke Indonesia). Tapi kan yang kita ekspor barang-barang (primer) seperti minyak, jadi tetap dubutuhkan mereka,” katanya.
Mari menambahkan untuk menjaga kinerja ekspor Indonesia tetap baik, pemerintah melakukan diversifikasi pasar. Terutama mendorong ekspor ke negara-negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi bagus seperti China atau Asean. (msw)
TOKYO (Pos Kota) – Gempa bumi berkekuatan 8,9 Skala Richter (SR) menghantam utara Jepang pada Jumat (22/3), memicu gelombang tsunami menyebabkan air laut bersama puing-puing yang meliputi perahu dan rumah meluap menuju jalan raya.
Pusat gempa berada 373 Km (231 mil) dari ibu kota, Tokyo, demikian dilaporkan United States Geological Survey .
Gempa mengguncang bangunan dan menggulingkan mobil dari jembatan dan masuk ke perairan di bawahnya. Gelombang puing mengalir seperti lava di lahan pertanian, mendorong perahu, rumah dan trailer menuju jalan raya.
Televisi Jepang NHK melaporkan banyak luka dan menunjukkan gambar kerusakan tsunami besar di sebelah utara, dengan mobil, truk dan rumah yang hanyut di kota Onahama di prefektur Fukushima setelah gempa pada hari Jumat.
Di Tokyo, massa berkumpul di jalan-jalan dan berusaha untuk mengumpulkan kerabat dan saling berhubungan melalui ponsel.
Sebanyak 4 juta gedung di Tokyo dan sekitarnya langsung mengalami pemadaman listrik. Di gedung- gedung perkantoran kertas-kertas berserakan di seluruh lantai dan orang-orang menempel ke kursi dan meja.
Seperti gempa bumi besar di kedalaman dangkal menimbulkan guncangan di darat dan laut, kata Shenza Chen dari US Geological Survey.
Pesawat-pesawat militer segera beterbangan di atas daerah yang paling parah terkena dampak tsunami untuk memantau dan mengirimkan data untuk langkah penyelamatan.
“Ini adalah gempa besar yang langka, dan kerusakan cepat bisa naik dalam hitungan menit,” kata Junichi Sawada, seorang pejabat Badan Penanggulangan Bencana Jepang.
Banyak orang dilaporkan terluka setelah atap ambruk selama upacara wisuda sekolah di sebuah aula di Tokyo Timur, pemadam kebakaran sangat sibuk di ibukota setelah gempa melanda.
Yukiko Shimahara, seorang wartawan Jepang mengatakan Al Jazeera, bahwa bandara dan kereta di Tokyo telah ditutup setelah gempa.
Sementara itu, kebakaran besar melanda sebuah kilang minyak di Iichihara dekat Tokyo, di mana empat juta rumah dikatakan tanpa listrik. Gumpalan asap naik dari setidaknya 10 lokasi di kota.
Tsunami di wilayah Pasifik bergerak lebih dekat dengan garis pantai dan berbeda dengan di negara-negara lain, kata CNN meteorologi Ivan Cabrera.
Hal ini memicu peringatan tsunami untuk berbagai negara, termasuk Jepang dan Rusia, Dinas Cuaca Nasional mengatakan.
“Gempa bumi ukuran ini berpotensi menimbulkan tsunami dan sangat berbahaya bagi kawasan pantai,” katanya.
“Berdasarkan semua data yang tersedia, tsunami mungkin telah dihasilkan oleh gempa bumi yang dapat merusak di wilayah pesisir bahkan yang jauh dari pusat gempa.”
Gempa itu adalah yang terbaru dalam serangkaian di wilayah tersebut pekan ini. Sehari sebelumnya, gempa 7,2 SR terjadi di lepas Honshu, demikian diungkapkan Badan Meteorologi di negara itu .
Beberapa gempa bumi melanda wilayah ini dalam beberapa hari ini, termasuk gempa 7,2 skala Richter pada hari Rabu.
Pusat Peringatan Tsunami Pasifik di Hawaii mengatakan, gelombang tsunami berpotensi bukan hanya untuk Jepang, melainkan Rusia, Kepulauan Marcus dan Marianas Utara. Peringatan tsunami juga telah dikeluarkan untuk Guam, Taiwan, Filipina, Indonesia dan Hawaii.
Saat ini Papua, Maluku dan Sulawei Utara dalam kondisi siaga.
Gempa terbesar tercatat terjadi di Chile pada tanggal 22 Mei 1960, dengan kekuatan 9,5, kata USGS.
Menurut keterangan, gempa dan tsunami di Jepang berpotensi merembet ke Indonesia, terutama di wilayah Biak, Papua, dan Maluku
Peringatan Kemungkinan Tsunami Susulan Terus Digemakan di Jepang
Gempa yang diikuti tsunami di Jepang telah menelan korban puluhan orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka. Untuk mengantisipasi kemungkinan buruk, peringatan munculnya tsunami terus digemakan.
Sterly Makalew menceritakan, hingga pukul 20.00 WIB peringatam akan kemungkinan tsunami susulan terus disampaikan pemerintah Jepang lewat pengeras suara. Warga juga diimbau untuk mengungsi ke tempat pengungsian.
"Warga diimbau supaya mengungsi ke tempat pengungsian yang telah disediakan, karena saat ini tidak ada listrik dan suhu yang di luar lumayan dingin sekitar 5 derajat Celcius," ujar WNI yang tinggal di Oarai, Jepang, ini kepada detikcom, Jumat (11/3/2011).
Sejumlah WNI yang tinggal di Oarai ikut mengungsi ke sejumlah gedung sekolah. Ada juga yang tidur di dalam mobilnya di lapangan parkir gereja GIII Oarai.
"WNI di Oarai ikut mengungsi ke sejumlah gedung sekolah diperkirakan ada sekitar 100-an WNI dan puluhan lainnya mengungsi bersama mobil di lapangan parkir gereja GIII Oarai," tuturnya.
Informasi terakhir, sedikitnya 60 orang tewas karena gempa dan tsunami yang terjadi sekitar pukul 12.46 WIB. Jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah karena proses evakuasi masih terus dilakukan.
Korban Tewas Tsunami Jepang Tembus 60
Tsunami akibat gempa bumi berkekuatan 8,9 Skala Richter yang menyapu kawasan pesisir Timur Jepang menewaskan sedikitnya 60 orang. Jumlah ini diperkirakan terus bertambah mengingat sejumlah lokasi belum tertembus tim evakuasi.
Gelombang tsunami yang mencapai ketinggian tujuh meter itu menyeret sejumlah kapal hingga ke daratan. Mobil-mobil dan reruntuhan bangunan akibat gempa juga tersapu ombak bercampur lumpur yang memasuki kota-kota di wilayah tersebut.
Mobil, truk, bus, yang terseret gelombang tsunami, tertambat di Bandara Sendai, di utara Tokyo. Sementara lebih 300 rumah hanyut di kota Ofunato. Tayangan televisi lokal menunjukkan puing-puing bangunan yang terseret air menumbangkan pepohonan dan membalikkan mobil.
"Kami memprediksi telah terjadi kerusakan besar," kata Kepala Sekretaris Kabinet Yukio Edano atas gempa berpusat di 130 km sebelah timur Sendai, Honshu, atau 373 km tenggara Tokyo pada kedalaman 24 km. "Kami akan melakukan upaya maksimal bantuan berdasar prediksi itu."
Selain tsunami, gempa mengakibatkan getaran dahsyat melanda puluhan kota dan desa yang menghampar di sepanjang 2.100 kilometer garis pantai. Tak terkecuali Tokyo, yang berjarak ratusan kilometer dari pusat gempa.
"Gempa bumi telah mengakibatkan kerusakan besar, terutama di kawasan Jepang bagian utara," kata Perdana Menteri Jepang, Naoto Kan, seperti dikutip dari laman Associated Press, Jumat, 11 Maret 2011.
Selain menghancurkan sejumlah bangunan fisik, bencana dahsyat ini juga melumpuhkan sejumlah kota di Jepang. Saluran komunikasi terputus. Sarana transportasi juga tidak beroperasi.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Michael Tene, mengatakan, komunikasi yang dilakukan dari Jakarta ke Jepang hanya bisa melalui Tokyo lewat hotline khusus. Sementara komunikasi dari Jakarta ke daerah lain tidak bisa dilakukan.
Dampak tsunami Jepang atas ekonomi RI diduga tak besar
Bencana gempa dan tsunami yang menimpa Jepang dipastikan berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia, terutama kinerja ekspor yang melambat. Namun, dampaknya bersifat sementara dan tidak terlalu besar.
Silmy Karim, Staf Ahli Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), menuturkan Jepang merupakan salah satu negara tujuan ekspor terbesar bagi Indonesia dan dunia. Karenanya bencana gempa dan tsunami yang terjadi di Jepang diperkirakan memengaruhi kinerja ekonomi Indonesia, terutama ekspor dan investasi.
“Bencana tsunami di Jepang impact-nya pasti ada ke Indonesia. Apa lagi dia salah satu negara tujuan ekspor ima besar dunia. Kalau untuk investasi, mungkin tidak terlalu signifikan pengaruhnya, tapi yang pasti konsumsi mereka terganggu,” ujar dia melalui telepon, hari ini.
Menurutnya, cukup banyak industri-industri Jepang yang mengandalkan pasokan bahan baku dari Indonesia. Hal itu yang kemungkinan akan menurunkan kinerja ekspor Indonesia ke ke Negeri Sakura tersebut.
“Dampak ekonomi tersebut tidak akan berlangsung lama karena sifatnya temporer. Jepang dominan di sektor otomotif dan elektronik, sedangkan untuk barang-barang kebutuhan dasar kurang. Yang diimpor dari Indonesia itu almunium, gas paling besar, CPO dan batubara tidak banyak. Memang (ekspor Indonesia) akan menurun, tapi tidak signifikan,” paparnya.
Silmy, yang juga Wakil Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi), mengatakan dampak negative bencana tersebut ke Indonesia hanya terjadi selama masa pemulihan. Namun, dengan pengalaman yang cukup banyak dalam menghadapi bencana, diyakini Pemerintah Jepang mampu memulihkan keadaaan dalam waktu yang tidak terlalu lama.
“Dampak langsungnya mungkin 3-6 bulan (masa pemulihan Jepang), tapi kan mereka juga butuh konsumsi besar sehingga membuka peluang pasar juga bagi kita,” ucapnya.
Perlu diketahui, bagi Indonesia Jepang merupakan pasar ekspor utama. Sepanjang 2010, nilai ekspor non-migas ke Jepang mencapai US$16,49 miliar dan menduduki peringkat pertama negara tujuan ekspor Indonesia. Pada Januari 2011, nilai ekspor non-migas ke Jepang mencapai US$ 1,21 miliar atau 10,13% dari total ekspor non-migas.
Bambang Permadi Sumantri Brodjonegoro, Plt Kepala Badan Kebijakan Fiskal, menilai Jepang merupakan negara yang realtif siap menghadapi bencana. Karenanya, meski bencana tsunami Jepang berdampak terhadap perekonomian Indonesia, tetapi dampaknya tidak akan terlalu besar.
“Mungkin ada gangguan. Tapi seharusnya tidak ada perubahan besar. Jepang relatif siap menangani dampak bencana,” singkatnya.
Sejauh ini, perekonomian Jepang belum sepenuhnya pulih dari dampak krisis keuangan 2008. Hal tersebut tercermin dari pencapaian pertumbuhan ekonominya yang mengalami kontraksi 1,3% pada kuartal IV/2010. Kontraksi ekonomi di Jepang terjadi akibat penurunan konsumsi masyarakat sebesar 0,8%.
Kemarin, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan ekspor Indonesia bisa terpangaruh akibat pelambatan ekonomi di Jepang. Namun, secara keseluruhan diperkirakan pengaruhnya tidak terlalu besar karena produk Indonesia tetap dibutuhkan oleh Jepang.
“Saya rasa kalau (perlambatan ekonomi )Jepang tetap ada pengaruhnya (ke Indonesia). Tapi kan yang kita ekspor barang-barang (primer) seperti minyak, jadi tetap dubutuhkan mereka,” katanya.
Mari menambahkan untuk menjaga kinerja ekspor Indonesia tetap baik, pemerintah melakukan diversifikasi pasar. Terutama mendorong ekspor ke negara-negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi bagus seperti China atau Asean. (msw)