Balik pada bulan Agustus lalu, saya sempat mencoba demo Pro Evolution Soccer 2013. Pengalaman tersebut mengindikasikan peningkatan yang ditunggu-tunggu dengan suntikan elemen gameplay yang lebih realistis dan AI yang lebih pintar. Namun saya kecewa ketika mencoba produk final game ini, dimana adanya perbedaan dengan dua versi demo sebelumnya ketika memasuki arena pertandingan. Untuk lebih lengkapnya, berikut adalah review singkat, atau lebih dikatakan sebagai hands-on preview, yang berbasis selama memainkan sejumlah pertandingan selama empat jam.
Mode yang ditawarkan tidak berbeda jauh dengan versi sebelumnya, satu tambahan baru adalah Performance Training. Pada mode tersebut kamu dapat berlatih gerakan-gerakan yang dapat dilakukan pada saat pertandingan dengan mengikuti panduan yang ada. Setiap bagiannya (dribbling, defence, shot, dan lain-lain) akan terbagi atas beberapa objektif yang harus kamu penuhi untuk menyelesaikannya. Mode ini merupakan tambahan yang sangat menarik karena dapat melatih semua gamer untuk menguasai PES 2013. Tanpa membahas mode-mode yang ada terlalu panjang, saya akan langsung masuk ke arena pertandingan.
Seperti yang telah saya ungkap di atas, versi akhir dari game ini berbeda dengan dua demo yang sebelumnya telah dirilis oleh Konami. Hal pertama yang langsung disadari adalah tampilan visual yang kasar. Apabila pada versi demo setiap pemain terlihat mulus dan bagus, versi akhir ini memperlihatkan banyak jaggies, khususnya pada outline setiap bagian tubuh pemain. Pada saat bermain, pemain terlihat memiliki garis tipis putih pecah-pecah pada bagian luarnya. Lebih jelas lagi ketika kamera didekatkan ke arah muka, dimana memperlihatkan adanya jarak antara leher dengan kerah baju.