Sebuah perusahaan obat telah menemukan sebuah chip yang dapat dimakan dan mengetahui bahan-bahan dalam perut pasien. Chip ini dibuat dengan tujuan untuk mengingatkan pasien dan dokter jika pasien tidak mengambil obat secara teratur.
Chip ini akan mencatat rincian pil yang telah ditelan pasien dengan tepat. Perangkat ini lebih kecil dari butiran pasir, dan dapat memicu transmisi informasi medis dari tubuh pasien ke telepon seluler keluarga atau pengasuh.
Tujuannya adalah untuk mengembangkan 'obat cerdas' yang dapat membantu pasien dan pengasuhnya untuk melacak pil apa saja yang sudah diminum dan kapan meminumnya. Alat ini dapat memastikan bahwa zat-zat kompleks dari obat mampu bekerja secara efektif.
Perusahaan Lloyds pharmacy dari Inggris bermaksud menjual microchip buatan Proteus Biomedis California pada akhir tahun ini. Perusahaan tersebut akan menguji apakah pasien di Inggris siap membayar untuk memastikan bahwa mereka atau keluarganya meminum obat dengan tepat.
"Ada masalah besar jika obat-obatan tidak diminum dengan benar. Siapa pun yang minum beberapa jenis obat tahu bagaimana mudahnya lupa meminum obat atau lupa meminum tablet yang benar," kata Steve Gray, direktur layanan kesehatan Lloyds pharmacy.
Menurut Gray, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menemukan sekitar setengah dari semua pasien gagal meminum obatnya dengan benar. Hal ini dapat menyebabkan pasien tidak mendapatkan manfaat penuh dari pengobatannya, atau menyebabkan efek samping yang berbahaya. Obat-obatan yang tidak terpakai ini diperkirakan menelan biaya £ 400 juta (Rp 5,6 triliun) dalam waktu hampir setahun.
Seperti dilansir The Independent, Rabu (18/1/2012), teknologi yang dikembangkan Proteus ini didasarkan pada sensor yang dapat dicerna. Sensor ini terdiri dari ramuan yang umumnya ditemukan dalam makanan dan diaktifkan bila melakukan kontak dengan cairan lambung.
Inti teknologi ini adalah silikon kecil yang memisahkan sejumlah kecil tembaga dan magnesium, yang secara efektif membentuk baterai mikroskopis yang menghasilkan arus listrik ketika tenggelam dalam lingkungan asam lambung.
Arus listrik ini dapat dilengkapi informasi khas individu untuk dicocokkan dengan obat yang diminum dengan sensor yang dapat dimakan dan terdeteksi oleh sebuah tambalan yang menempel pada kulit pasien. Tambalan atau patch ini bekerja seperti cara kerja patch kulit pada perangkat elektrokardiogram (EKG) untuk merekam arus listrik pada jantung.
Patch ini dirancang untuk dipakai selama tujuh hari, termasuk juga baterai yang fleksibel dan chip yang mencatat informasi dan mengirimkannya dengan teknologi Bluetooth kepada telepon seluler pengasuh, keluarga, atau dokter.
"Di masa depan, tujuannya adalah membuat sistem yang terintegrasi penuh dan menciptakan produk informasi yang membantu pasien dan keluarga memenuhi tuntutan pengobatan yang kompleks. Kita telah menciptakan banyak obat-obatan dengan potensi yang besar, namun banyak potensi yang tidak disadari karena obat ini tidak digunakan dengan benar," kata Andrew Thompson, kepala eksekutif dan pendiri Proteus Biomedis.
0 komentar:
Posting Komentar