Tujuh tahun lalu, Kota Banda Aceh luluh lantak oleh terjangan tsunami. Berkat dukungan dunia untuk membangun kembali reruntuhan kota, kini Banda Aceh tampil seperti kota baru.
Namun bekas-bekas empasan gelombang tsunami yang menghunjam pada 26 Desember 2004 masih bertebaran di seantero kota. Sebagian bahkan diabadikan, sebagai pengingat bagi warga dan pendatang betapa dahsyatnya bencana yang menelan korban 297 ribu jiwa itu — 60 ribu di antaranya warga kota Banda Aceh.
Jejak empasan tsunami inilah yang kini menjadi tujuan banyak orang datang ke Aceh. Kunjungan ke lokasi terjangan tsunami bahkan jadi andalan kota ini dalam program pariwisata pemerintah setempat: “Visit Banda Aceh 2011”.
Banda Aceh kini benar-benar sebuah kota yang aman, resik dan asri. Jalan-jalan dan trotoar yang lebar, lalu lintas yang ramai, malam yang meriah adalah gambaran kota ini kini. Muda-mudi Banda Aceh bebas mengobrol di warung-warung kopi yang ramai dengan fasilitas Internet nirkabel hingga larut malam.
“Banyak yang masih ragu-ragu datang ke Banda Aceh karena informasi yang tidak benar. Ada isu Banda Aceh tidak aman bagi pendatang, dan sebagainya. Gambaran itu akan hilang dengan sendirinya begitu tiba di kota ini,” kata Mawardi Nurdin, Wali Kota Banda Aceh.
Inilah objek wisata Banda Aceh yang mengekalkan ingatan pada bencana dahsyat tujuh tahun silam:
PLTD Apung
Kapal bekas pembangkit listrik tenaga diesel ini semula berada di dermaga Ulee Lheue. Gelombang tsunami menerjang dan menyeret tongkang berbobot mati 2.500 ton dan panjang 63 meter ini hingga 4 km ke darat — ke tengah permukiman warga di Gampong Punge Blang Cut.
Saat ini, PLTD Apung selalu ramai pengunjung. Tanah di sekitarnya telah dikosongkan dan dipagari. Pengunjung bisa naik ke geladaknya lewat tangga besi yang dibuat di sisi kapal dan dari geladak kapal setinggi 20 m, mereka bisa menatap hamparan kota. Terasa benar jauhnya kapal ini terbawa air laut. Di sekitar PLTD ini masih terlihat sisa bangunan yang hancur.
Dinas Pariwisata Kota Banda Aceh mengatakan, kapal pembangkit listrik ini didatangkan ke Banda Aceh guna memasok tambahan listrik bagi warga kota, yang waktu itu kekurangan listrik. PLTD Apung menghasilkan listrik sekitar 1o MW.
Perahu Gampong Lampulo
Selain PLTD Apung, ada pula kapal kayu yang tersangkut di lantai dua sebuah rumah di kawasan padat pemukiman di Gampong Lampulo, Kecamatan Kuta Alam. Kapal nelayan ini awalnya sedang bersandar di dermaga pantai Aceh. Gelombang laut datang menghempaskannya sampai 3 km ke daratan.
Sebanyak 165 orang selamat dari amukan gelombang laut karena menyelamatkan diri ke atas kapal tersebut. Kini, bangunan rumah tempat kapal “bertengger” telah dibersihkan. Ia menjadi landasan kokoh bagi badan kapal. Atap terpal terentang di atasnya dan sebuah jembatan besi juga dibangun melingkar menuju geladak kapal.
0 komentar:
Posting Komentar