Selama beberapa minggu terakhir ini saya bolak-balik dapat SMS dari teman-teman yang menyarankan untuk mendukung Pulau Komodo sebagai salah satu Tujuh Keajaiban versi baru. Caranya cukup mudah dan butuh pulsa hanya satu rupiah per pesan. Sejujurnya saya nggak langsung ambil tindakan mendukung. Bahkan sampai sekarang saya belum kirim SMS. Bukannya nggak punya pulsa, tapi saya nggak tahu manfaat pasti yang bisa diberikan dari bentuk dukungan ini.
Ada yang bilang dengan menjadikan pulau Komodo sebagai New Seven Wonder maka secara otomatis akan mempromosikan potensi wisata Indonesia, khususnya pulau Komodo. Saya kok malah meragukan pernyataan tersebut. Memangnya menarik atau tidaknya obyek wisata ditentukan oleh label dari organisasi lain. Menurut saya, keaslian obyek wisata itu sendiri justru yang menjadi daya tarik utama. Biarpun ada organisasi besar yang kasih level the best tapi kalau memang realnya jelek, wisatawan pun nggak akan mau melirik.
KITA BISA PROMOSIKAN POTENSI WISATA SENDIRI
Untuk menghilangkan rasa ragu-ragu ini, saya coba googling dan menemukan beberapa informasi menarik seputar SMS dukungan untuk pulau Komodo. Kontes ini sejak awal memang mengundang pro dan kontra, baik di tingkat pejabat negara maupun marketer di Indonesia. Beberapa fakta diantaranya:
1. Maladewa mundur sebagai salah satu peserta New karena nggak mau diperas oleh panitia. Setahu saya memang demikian. Organisasi yang kasih label New Seven Wonder meminta sejumlah uang kepada para nominator. Tujuannya untuk apa saya juga belum paham. Ini hal yang aneh. Mau kasih penghargaan kok malah minta uang. Justru biasanya yang dapat juara itu yang dikasih hadiah.
2. Mantan Menbudpar Jero Wacik pernah menyatakan kalau yayasan yang menjadi penyelenggara Kontes Nwew Seven Wonders tidak bisa dimintai pertanggungjawaban. Bahkan UNESCO pun tidak mendukung kompetisi New 7 Wonders. Nah, kalau organisasi sebesar PBB saja nggak mendukung kontes macam ini, lalu apa kita mau bunuh diri dengan membeli label palsu.
3. Indonesia pernah dicoret secara sepihak dari kompetisi New 7 Wonders karena tidak bisa menjadi tuan rumah penyelenggaraan kompetisi dengan biaya sekitar 400 miliar rupiah. What? 400 miliar? Dana segede itu apa nggak lebih bermanfaat kalau dipakai untuk kebutuhan pendidikan anak jalanan? Kontes produk kapitalisme macam ini justru berpeluang membuat negara kita jadi lebih miskin.
Makanya, saya merasa bersyukur karena belum sempat kirim SMS dukungan buat pulau Komodo untuk dijadikan lokasi Tujuh Keajaiban Dunia yang baru. Kalau mau jujur nih, tanpa diminta pun pulau itu sudah menjadi Keajaiban Dunia. Habitat asli komodo cuma ada disana, dan itulah daya tarik utama wisata pulau Komodo. Kita nggak perlu beli label dari orang luar untuk promosikan potensi wisata dalam negeri. Saya menghimbau jangan mau dibohongi organisasi nggak jelas macam penyelenggara itu.
Di tengah minimnya kabar baik, berita soal komodo masuk sebagai salah satu nomine 7 Keajaiban Dunia Baru oleh New 7 (Seven) Wonders of Nature tentu membuat bahagia. Setidaknya, akan ada satu lagi kekayaan Indonesia yang mendapat pengakuan dari dunia internasional.Maka, berbondong-bondonglah berbagai figur publik menyerukan agar bangsa Indonesia menunjukkan nasionalismenya lewat mendukung komodo. Caranya? Dengan mengirim SMS ke 9818. Awalnya, SMS dukungan ini bernilai Rp 1000, sekarang, demi menggalakkan dukungan, SMS-nya hanya dikenai biaya Rp 1.
Pendukung kampanye ini tidak main-main. Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla menjadi duta resmi pemenangan Pulau Komodo. DariDPRD Manggarai Barat, sembilan hakim agung Mahkamah Konstitusi, MPR, berbagai pimpinan media massa dan pengusaha nasional, selebritas semacam Fadli 'Padi' dan RAN, Slank, bahkan sampai Presiden SBY pun menyerukan dukungan.
Kerjasama dengan empat provider telekomunikasi pun dilakukan demi melancarkan pemilihan via SMS. Saking menggilanya jumlah kiriman SMS untuk memenangkan Pulau Komodo, penyedia layanan SMS Mobilink pun sampai menaikkan kapasitas servernya. Bisa dipastikan, menjelang masa berakhirnya masa pemilihan pada 11 November nanti, dukungan akan semakin meningkat.
Jusuf Kalla memperkirakan, Pulau Komodo membutuhkan 30 juta suara untuk menang. Nah, sudah berapa banyak dukungan yang diperoleh Pulau Komodo sampai sekarang? Ketua Pendukung Pemenangan Komodo, aktivis lingkungan Emmy Hafild mengaku saat ini pendukung Komodo sudah mencapai puluhan juta, meskipun tidak boleh disebutkan detail berapa tepatnya voters yang mendukung Komodo.
Alasannya, "Peraturan dari panitia penyelenggara The 7 Wonders melarang peserta memberikan rincian voters karena kompetisi ini tidaklah menggunakan penghargaan juara satu, dua dan tiga," Jelas Emmy Hafild kepada wartawan.
Maladewa termasuk salah satu negara yang masuk dalam nomine 7 Keajaiban Dunia Baru ini, tapi kemudian memutuskan mundur. Alasannya? Seperti tercantum dalam situs resmi pemasaran dan hubungan masyarakat Maladewa, bahwa penyelenggara tidak transparan dalam menjelaskan bagaimana cara mereka menghitung dukungan.
Itu baru satu alasan. Yang lainnya adalah biaya-biaya tak terduga yang terus meningkat jumlahnya. Mereka menyebut harus membayar sponsor platinum mencapai $350 ribu; dua biaya sponsor emas dengan total $420 ribu, mensponsori tur dunia dengan menerima kunjungan delegasi, menyediakan perjalanan balon udara, penerbangan, akomodasi, kunjungan wartawan; biaya $1 juta dolar bagi penyedia layanan telepon untuk berpartisipasi dalam kampanye New7Wonders; dan $1 juta lagi agar maskapai Maladewa bisa menempelkan logo New7Wonders di pesawat-pesawat mereka.
Biaya-biaya ini sangat besar hanya demi sebuah predikat 'ajaib'. Toh selama ini reputasi komodo sebagai tujuan wisata dunia juga sudah diakui.
Selain itu, bukankah biaya jutaan dollar itu bisa lebih baik digunakan untuk sebuah kampanye wisata Indonesia yang terencana (semacam Malaysia dengan Truly Asia-nya atau Thailand lewat Amazing Thailand-nya) daripada demi membayar biaya-biaya lisensi pada sebuah perusahaan yang tidak jelas reputasinya?
Yang perlu diingat lagi, bahwa lembaga New7Wonders yang mengadakan kompetisi ini sama sekali tidak terhubung dengan lembaga UNESCO di bawah PBB.
UNESCO sudah lebih dulu menetapkan Taman Nasional Komodo sebagai Situs Warisan Dunia pada 1986.
Bahkan, UNESCO sampai mengeluarkan pernyataan tersendiri demi menegaskan bahwa apa yang mereka lakukan dengan penetapan Situs-Situs Warisan Dunia sangat berbeda dengan apa yang dilakukan oleh New7Wonders (Pernyataan resmi dari UNESCO bisa dibaca di sini).
Sejak 2007, UNESCO menyatakan bahwa mereka sudah berkali-kali diajak bekerjasama oleh organisasi milik Bernard Weber ini, tapi mereka memilih untuk tidak berpartisipasi. Lembaga PBB biasanya menggunakan bahasa-bahasa yang diplomatis.
Maka ketika UNESCO mengatakan, "tidak ada yang bisa dibandingkan antara kampanye media yang dilakukan Tuan Weber dengan pekerjaan ilmiah dan proses pendidikan yang kami lakukan di UNESCO sehingga menghasilkan daftar situs-situs Warisan Dunia," itu artinya mereka sedang memberi peringatan keras akan cara kerja lembaga ini.
Lalu, kenapa kita masih ngotot memenangkan komodo dalam kompetisi yang tidak jelas cara penjuriannya ini? Yang jika kita menang pun, kita masih harus membayar biaya-biaya tinggi demi meraih pengakuan internasional?
Sebegitu hauskah kita akan pengakuan internasional dari lembaga yang reputasinya tidak jelas? Apa yang menurut Anda membuat berbagai figur publik seolah terbutakan akan fakta-fakta yang tersedia dan secara membuta mendukung komodo?
Bagaimana dengan Anda, apakah masih mau kirim SMS dukungan untuk Pulau Komodo sebagai New Seven Wonder?
0 komentar:
Posting Komentar