BANYUWANGI - Potensi seni dan budaya Banyuwangi yang melimpah ruah ternyata belum mampu menarik wisatawan. Untuk itu pemkab melakukan terobosan dengan mencoba mengikuti selera pasar, yaitu menampilkan seni budaya yang dikemas secara moderen dengan menggelar Banyuwangi Etno Carnival (BEC). Istilahnya, konten lokal tapi dikemas secara moderen dalam bentuk karnaval. Banyuwangi Etno Carnival (BEC) berasal dari kata Banyuwangi, Etno artinya etnik yang dimodifikasi menjadi moderen. Carnival bahasa Prancisnya karnaval.
Dalam karaval ini nanti yang akan diusung adalah, seni dan budaya Banyuwangi. Yaitu, Gandrung, Darmarwulan dan Kundaran. Ketiga seni tersebut akan ditampilkan secara kontemporer dengan kostum ala karnaval. Contohnya busana gandrung akan dimodifikasi sedemikian rupa. Misalnya ompro
k Gandrung dibuat lebih tinggi atau dihias dengan material lain seperti memakai bahan-bahan daur ulang. Selendang gandrung dibuat lebih panjang atau dirubah corak warnanya. Sehingga Gandrung terlihat jauh lebih fantastis namun masih terlihat akar Gandrungnya. Begitu pula dengan dua kesenian Damarwulan dan Kundaran.
Karnaval akan ditampilkan 22 Oktober mendatang menampilkan total 300 peserta mewakili tiga tema kesenian di atas. Mereka terdiri dari pelajar tingkat SLTA sederajat dan mahasiswa. Tiap kesenian akan diwakili 100 orang yang masing-masing akan menampilkan modifikasi yang berbeda antar peserta. Sehingga penonton akan disuguhi 300 performance kostum yang beragam.
Peserta yang terpilih adalah mereka yang lolos audisi. Selanjutnya mereka akan dikarantina dalam work shop untuk dilatih dasar-dasar koreografi, tari, kostum, dan ekspresi yang melibatkan seniman dan budayawan Banyuwangi. Para budayawan memberikan materi filosofi ketiga kesenian tersebut sehingga saat tampil mereka tidak meninggalkan pakem seni aslinya. Setelah mendapatkan arahan dari budayawan dan seniman, mereka dituntut untuk mampu memodifikasi kostum kesenian dimaksud.
Selain itu mereka juga dibimbing langsung oleh tim konsultan Jember Fashion Carnaval (JFC) di bawah komando Dinan Fariz. Terutama materi tentang koreografi dan ekspresi saat tampil di catwalk jalan raya. Koreografer yang sudah go internasional guna memberi arahan bagaimana menampilkan suguhan yang apik dan bisa menjual Banyuwangi ke wisawatan baik domestik maupun mancanegara. Karena Dinan Fariz memiliki network yang luas terhadap pelaku wisata di penjuru dunia.
Dengan even ini pemkab berharap mampu mendongkrak kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara sehingga Banyuwangi lebih luas dikenal. “Kunjungan wisata yang tinggi nantinya akan memiliki multiplier effect ke perekonomian Banyuwangi,” papar Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Suprayogi.
Suprayogi juga menegaskan, kalau ada pihak yang khawatir hilangnya seni budaya khas Banyuwangi tidak perlu risau, karena setelah even ini akan ada Festival Kuwung yang dihelat Desember mendatang. Di Festival Kuwung nanti semua seni budaya khas Banyuwangi akan pure akan tampil di sana.
15 oktober 2011 : presentasi kostum dilaksanakan oukul 09.00 wib di ikuti oleh semua peserta.kegiatan ini di iringi music etnik banyuwangi.acara ini akan di hadiri tim konsultan dan para pengamat kegiatan presentasi ini juga akan di lakukan penilaian pada peserta dan nantinya akan di ambil 10 peserta terbaik dan tim jurinya terdiri dari pers,budayawan,dan fotografer.
21 oktober 2011:gladi bersih yang melibatkan seluruh peserta (tanpa kostum) dalam rangka mencoba catwalk yang akan dilaksanakan pukul 13.00wib
22 oktober 2011: show time mulai pukul 12.30 wib.start lapangan blambangan dan finish kantor bupati
0 komentar:
Posting Komentar