Sejarawan Universitas Andalas Profesor Gusti Asnan meminta pemerintah segera mengangkat bangkai kapal kuno yang diduga milik VOC yang ternggelam di perairan Mentawai, Sumatera Barat. Pengangkatan kapal ini diharapkan mampu menguak kejayaan daerah-daerah di Pantai Barat Sumatera.
“Paling tidak pengangkatan kapal ini akan membuka kembali sejarah kemajuan daerah di pesisir pantai terutama Padang,” kata Profesor Gusti Asnan, Senin, 7 Maret 2011.
Sejauh ini, barang kuno yang berada di lambung kapal masih misteri. Hasil temuan sementara, hanya tembikar, gerabah, dan keramik, yang diduga buatan abad ke XII yang baru ditemukan di sekitar lokasi bangkai kapal.
Sejumlah kemungkinan pun diutarakan Gusti Asnan terkait keberadaan kapal ini. Hasil diskusi internal sejumlah arkeolog di Unand mengaitkan tentang keberaadaan kapal. Opsi pertama, kapal tersebut tenggelam pada masa milenium pertama yakni abad ke VI hingga abad ke VII.
”Hal itu bisa diterima karena pada masa itu Kota Barus (sebelah utara Sumatera Utara berbatasan dengan Aceh) menjadi pusat perdagangan,” kata Gusti. Rata-rata, pedagang yang melewati perairan Samudera Hindia berasal dari India.
Hanya saja, peluang ini kecil karena belum ada kapal dagang berukuran besar yang melewati perairan Samudera Hindia pada waktu itu. Saat itu, kejayaan Barus kalah oleh Kerajaan Sriwijaya sedang berjaya di Selat Malaka. Sehingga kecil sekali kemungkinan kapal lewat Samudera Hindia untuk menuju Banten.
Opsi kedua yakni kapal ini merupakan kapal dagang milik VOC yang berdagang melintasi Samudera Hindia pada abad ke XVI. Keyakinan ini diperkuat dengan penguasaan Malaka oleh Portugis yang membuat kapal dagang Eropa mengalihkan jalur perdagangan dari Selat Malaka ke Samudera Hindia menuju Banten.
Hal itu diperkuat dengan temuan tembikar, gerabah, dan keramik, yang menurut peneliti yang sampai di lokasi kapal tersebut menyatakan bahwa barang kuno itu buatan China dan Vietnam. ”Ini yang memperkuat dugaan kita bahwa kapal dagang itu milik VOC,” katanya.
Sebelum dilakukan uji karbon pada barang-barang yang ditemukan tersebut, menurutnya, semua kemungkinan bisa saja terjadi. Untuk menghindari sejumlah spekulasi tersebut, ia berharap, pemerintah segera melakukan terhadap kapal dan melakukan kajian terhadap muatannya.
Menurut informasi awal, kapal yang terseret arus bawah tsunami 25 Oktober 2010 lalu memiliki panjang sekitar 50 hingga 60 meter. Kondisi kapal dikabarkan dalam keadaan baik dengan satu tiang utama di lambung tengah kapal. Tim peneliti dari barang muatan kapal tenggelam (BMKT) menduga serpihan tembikar, keramik, gerabah, yang ditemukan di pinggir pantai Pulau Sandiang, Mentawai, berasal dari abad ke XII.
0 komentar:
Posting Komentar